Selasa, 25 Agustus 2015

Hama, Penyakit Pada Tanaman Coklat dan cara Pengendaliannya

Kepik Penghisap Buah Helopeltis antonii 

Helopeltis antonii termasuk dalam ordo Hemiptera dan famili Miridae. Serangga ini bertubuh kecil ramping dengan tanda yang spesifik yaitu adanya tonjolan yang berbentuk jarum pada mesoskutelum. Siklus hidup serangga ini termasuk metamorfosis tidak sempurna atau hemimetabola. Untuk menjadi imago dari stadium telur dibutuhkan 17-21 hari dan lama hidup imago betina berkisar antara 10-42 hari dan imago jantan 8-52 hari.
Helopeltis antonii digolongkan sebagai hama karena menyerang tanaman kakao dengan cara merusak dan menghisap cairan buah muda menyebabkan matinya buah tersebut. Sedangkan serangan pada buah berumur sedang mengakibatkan terbentuknya buah abnormal .
H. antonii merupakan hama penting pada tanaman kakao di Jawa dan Sumatera. Bagian tanaman yang diserang adalah daun muda, tangkai daun, pucuk, dan buah. Pucuk yang terserang terutama yang masih lunak dan daun belum membuka. Buah yang disenangi adalah yang masih muda dan yang mendekati matang. Buah yang terserang menunjukkan bekas tusukan berupa bercak-bercak hitam pada permukaan buah. Pada serangan berat, seluruh permukaan buah di penuhi oleh bekas tusukan berwarna hitam dan kering, kulitnya mengeras serta retak-retak.
Kehilangan hasil akibat serangan H. Antonii pada tanaman kakao beragam. Serangan pada buah muda yang berukuran kurang dari 5 cm menyebabkan buah kering dan rontok. Serangan berat juga menyebabkan kesehatan tanaman terganggu dan menurunkan produksi hingga 60 %. Apabila buah kakao tidak tersedia, hama ini juga dapat menyerang pucuk, tangkai dan daun yang masih muda.


Pengendalian Kepik Penghisap Buah

 a.       Mekanis, Membungkus Buah Dengan Kantung Plastik
Buah yang diselubungi dengan kantong plastik akan terhindar dari serangan H. antonii. Penyelubungan buah dengan kantong plastik dapat dilakukan pada buah yang berukuran 8-12 cm dan salah satu ujung lainnya dibiarkan terbuka.

b.      Kultur Teknis, Pemangkasan dan Sanitasi Inang Alternatif
Pemangkasan dilakukan dengan cara membuang tunas air (siwilan) yang tumbuh di sekitar perempatan dan cabang-cabang utama secara rutin. Tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman karena dapat menjadi pesaing dalam pengambilan zat hara dan air dan menjadi tempat peletakan telur H. antonii.
Sanitasi lingkungan kebun juga perlu dilaksanakan kepada inang alternatif H. antonii seperti kapok (Ceiba petandra), rambutan (Nephelium lappasicium), dadap (Erythrina vaginata), albasia (Albizia chinensis).

c.       Biologis, Penggunaan Predator Semut Hitam
Pengendalian H. antonii menggunakan predator semut hitam Dolichoderus thoracicus. Jenis predator cukup prospektif untuk mengendalikan H. antonii. semut ini pada permukaan buah menyebabkan H. antonii tidak bisa meletakkan telur atau mengisap buah karena diserang oleh semut tersebut.

d.      Kimia, Penggunaan Pestisida
Penyemprotan pestisida kimiawi hanya dilakukan satu kali, yaitu bila populasi Helopeltis spp. benar-benar eksplosif.  Selanjutnya pengendalian populasi digunakan cara pengendalian lain seperti dijelaskan sebelumnya. Beberapa insektisida yang dapat digunakan antara lain: Eltametrin 25 g/l, nama dagang: Decis 2,5 EC (racun kontak dan lambung), Sipermetrin 50 g/l, nama dagang: Sidametrin 50 EC (racun kontak dan lambung), Tiametoksam 25%, nama dagang:  Actara 25 WG (racun sistemik dan kontak).


Penyakit Busuk Buah ( Phytophtora palmivora)

Phytophthora palmivora adalah patogen yang menyebabkan beragam penyakit pada berbagai jenis tanaman. Patogen ini diyakini berasal di Asia Tenggara tetapi sekarang terdapat di semua negara tropis. Hal ini menyebabkan kerugian yang signifikan bagi petani buah dan sayuran negara-negara tropis. Beberapa tanaman penting yang bisa menjadi inang dari P. palmivora adalah: Kakao, pepaya dan durian (busuk buah), nanas (busuk pangkal daun) serta busuk pucuk pada kacang tanah.

P. palmivora dapat menyerang semua organ atau bagian tanaman, seperti akar, daun, batang, ranting, bantalan bunga, dan buah pada semua tingkatan umur. P. palmivora dapat menginfeksi seluruh permukaan buah, namun bagian paling rentan adalah pangkal buah.
Buah yang terserang awalnya ditandai pembusukan dan disertai bercak coklat kehitaman dengan batas yang tegas gejala ini biasanya dimulai dari pangkal buah kemudia menjadi busuk basah, dan selanjutnya gejala menyebar menutupi seluruh permukaan buah.

Dampak yanng diakibatkan oleh serangan P. palmivora pada buah muda dapat menyebabkan buah membusuk sehingga tidak mungkin dapat dipanen. Sedangkan serangan pada buah yang hampir masak mengakibatkan turunnya kualitas biji kakako.
Penyakit ini disebarkan melalui percikan air hujan, hubungan langsung antara buah sakit dan buah sehat atau dengan perantara binatang .

Pengendalian Penyakit Busuk Buah

a. Sanitasi, Pemangkasan Buah Busuk
Sanitasi adalah membuang buah busuk saat dilakukan pemangkasan atau panen. Buah busuk tersebut dipendam dalam tanah dengan kedalaman 30cm. Kegiatan sanitasi sebaiknya dilaksanakan lebih sering memasuki musim hujan.
b. Kimiawi, Penggunaan Fungisida
Penyemprotan fungisida dilakukan sebagai tindakan preventiv mecegah kembalinya serangan P. palmivora setelah sanitasi. Fungisida yang digunakan umumnya berbahan aktif tembaga (merk dagang: Nordox, Kocide77, Cupravit dll.) atau berbahan aktif metalaksil dan mankoseb (merk dagang: Ridomil Gold MZ).
c. Kultur Teknis, Modifikasi Lingkungan dan Penggunaan Klon Tahan
Perbaikan lingkungan bertujuan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya penyakit seperti Pengaturan dan pemangkasan pohon penaung.
Penanaman klon tanama yang tahan akan serangan P. palmivora seperti Klon kakao ICS 6, Sca 12, Sca 6 DRC 15, DRC 16, ICCRI 4 dan ICCRI 3 yang merupakan klon kakao yang mempunyai tingkat ketahanan lebih baik dibandingkan klon yang lain di Indonesia.

Pengendalian penyakit busuk buah ditentukan dari tingkat intensitas serangan. Intensitas serangan P. palmivoradihitung berdasarkan persentase buah sakit per pohon. Apabila intensitas serangan rendah (kurang dari 5%) dapat dilakukan dengan sanitasi. Intensitas serangan sedang (5% sampai 25%) dilakukan dengan sanitasi dan fungisida. Apabila intensitas serangan tinggi (diatas 25%) dilakukan dengan kombinasi sanitasi, fungisida dan kultur teknis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar