Kepik Penghisap Buah Helopeltis antonii
Helopeltis antonii termasuk dalam ordo Hemiptera dan famili Miridae.
Serangga ini bertubuh kecil ramping dengan tanda yang spesifik yaitu adanya
tonjolan yang berbentuk jarum pada mesoskutelum. Siklus hidup serangga ini
termasuk metamorfosis tidak sempurna atau hemimetabola. Untuk menjadi imago
dari stadium telur dibutuhkan 17-21 hari dan lama hidup imago betina berkisar
antara 10-42 hari dan imago jantan 8-52 hari.
Helopeltis antonii digolongkan
sebagai hama karena menyerang tanaman kakao dengan cara merusak dan menghisap
cairan buah muda menyebabkan matinya buah tersebut. Sedangkan serangan pada
buah berumur sedang mengakibatkan terbentuknya buah abnormal .
H. antonii merupakan hama penting pada tanaman
kakao di Jawa dan Sumatera. Bagian tanaman yang diserang adalah daun muda,
tangkai daun, pucuk, dan buah. Pucuk yang terserang terutama yang masih lunak
dan daun belum membuka. Buah yang disenangi adalah yang masih muda dan yang
mendekati matang. Buah yang terserang menunjukkan bekas tusukan berupa
bercak-bercak hitam pada permukaan buah. Pada serangan berat, seluruh permukaan
buah di penuhi oleh bekas tusukan berwarna hitam dan kering, kulitnya mengeras
serta retak-retak.
Kehilangan hasil akibat serangan H. Antonii pada tanaman kakao beragam. Serangan
pada buah muda yang berukuran kurang dari 5 cm menyebabkan buah kering dan
rontok. Serangan berat juga menyebabkan kesehatan tanaman terganggu dan
menurunkan produksi hingga 60 %. Apabila buah kakao tidak tersedia, hama ini
juga dapat menyerang pucuk, tangkai dan daun yang masih muda.
Pengendalian
Kepik Penghisap Buah
a. Mekanis, Membungkus Buah Dengan
Kantung Plastik
Buah yang diselubungi dengan kantong plastik
akan terhindar dari serangan H. antonii. Penyelubungan
buah dengan kantong plastik dapat dilakukan pada buah yang berukuran 8-12 cm
dan salah satu ujung lainnya dibiarkan terbuka.
b. Kultur Teknis, Pemangkasan dan Sanitasi Inang Alternatif
Pemangkasan dilakukan dengan cara membuang
tunas air (siwilan) yang tumbuh di sekitar perempatan dan cabang-cabang utama
secara rutin. Tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman karena dapat
menjadi pesaing dalam pengambilan zat hara dan air dan menjadi tempat peletakan
telur H. antonii.
Sanitasi lingkungan kebun juga perlu
dilaksanakan kepada inang alternatif H. antonii seperti
kapok (Ceiba petandra), rambutan (Nephelium lappasicium),
dadap (Erythrina vaginata), albasia (Albizia chinensis).
c. Biologis, Penggunaan Predator Semut Hitam
Pengendalian H. antonii menggunakan predator semut hitam Dolichoderus thoracicus.
Jenis predator cukup prospektif untuk mengendalikan H. antonii. semut ini
pada permukaan buah menyebabkan H. antonii tidak
bisa meletakkan telur atau mengisap buah karena diserang oleh semut tersebut.
d. Kimia, Penggunaan Pestisida
Penyemprotan pestisida kimiawi hanya dilakukan satu kali,
yaitu bila populasi Helopeltis spp. benar-benar eksplosif. Selanjutnya
pengendalian populasi digunakan cara pengendalian lain seperti dijelaskan
sebelumnya. Beberapa insektisida yang dapat digunakan antara lain: Eltametrin
25 g/l, nama dagang: Decis 2,5 EC (racun kontak dan lambung), Sipermetrin 50
g/l, nama dagang: Sidametrin 50 EC (racun kontak dan lambung), Tiametoksam 25%,
nama dagang: Actara 25 WG (racun sistemik dan kontak).
Penyakit
Busuk Buah ( Phytophtora palmivora)
Phytophthora
palmivora adalah patogen yang menyebabkan beragam penyakit pada
berbagai jenis tanaman. Patogen ini diyakini berasal di Asia Tenggara tetapi
sekarang terdapat di semua negara tropis. Hal ini menyebabkan kerugian yang
signifikan bagi petani buah dan sayuran negara-negara tropis. Beberapa tanaman
penting yang bisa menjadi inang dari P. palmivora adalah: Kakao,
pepaya dan durian (busuk buah), nanas (busuk pangkal daun) serta busuk pucuk
pada kacang tanah.
P.
palmivora dapat menyerang semua organ atau bagian tanaman, seperti
akar, daun, batang, ranting, bantalan bunga, dan buah pada semua tingkatan
umur. P. palmivora dapat menginfeksi seluruh permukaan
buah, namun bagian paling rentan adalah pangkal buah.
Buah yang terserang awalnya ditandai
pembusukan dan disertai bercak coklat kehitaman dengan batas yang tegas gejala
ini biasanya dimulai dari pangkal buah kemudia menjadi busuk basah, dan
selanjutnya gejala menyebar menutupi seluruh permukaan buah.
Dampak yanng diakibatkan oleh serangan P.
palmivora pada buah
muda dapat menyebabkan buah membusuk sehingga tidak mungkin dapat dipanen.
Sedangkan serangan pada buah yang hampir masak mengakibatkan turunnya kualitas
biji kakako.
Penyakit ini disebarkan melalui percikan air
hujan, hubungan langsung antara buah sakit dan buah sehat atau dengan perantara
binatang .
Pengendalian Penyakit Busuk Buah
a. Sanitasi, Pemangkasan Buah Busuk
Sanitasi adalah membuang buah busuk saat dilakukan
pemangkasan atau panen. Buah busuk tersebut dipendam dalam tanah dengan
kedalaman 30cm. Kegiatan sanitasi sebaiknya dilaksanakan lebih sering memasuki
musim hujan.
b. Kimiawi,
Penggunaan Fungisida
Penyemprotan fungisida dilakukan sebagai tindakan
preventiv mecegah kembalinya serangan P. palmivora setelah sanitasi. Fungisida
yang digunakan umumnya berbahan aktif tembaga (merk dagang: Nordox, Kocide77,
Cupravit dll.) atau berbahan aktif metalaksil dan mankoseb (merk dagang:
Ridomil Gold MZ).
c. Kultur Teknis,
Modifikasi Lingkungan dan Penggunaan Klon Tahan
Perbaikan lingkungan bertujuan untuk mencegah tumbuh dan
berkembangnya penyakit seperti Pengaturan dan pemangkasan pohon penaung.
Penanaman klon tanama yang tahan akan
serangan P. palmivora seperti Klon kakao ICS 6, Sca 12, Sca
6 DRC 15, DRC 16, ICCRI 4 dan ICCRI 3 yang merupakan klon kakao yang mempunyai
tingkat ketahanan lebih baik dibandingkan klon yang lain di Indonesia.
Pengendalian penyakit busuk
buah ditentukan dari tingkat intensitas serangan. Intensitas serangan P. palmivoradihitung berdasarkan persentase buah sakit per
pohon. Apabila intensitas serangan rendah (kurang dari 5%) dapat dilakukan
dengan sanitasi. Intensitas serangan sedang (5% sampai 25%) dilakukan dengan
sanitasi dan fungisida. Apabila intensitas serangan tinggi (diatas 25%)
dilakukan dengan kombinasi sanitasi, fungisida dan kultur teknis.